Penayangan bulan lalu

Kamis, 20 Desember 2012

BEASISWA BNI UNTUK REGULER B

SERAHKAN- Pemimpin BNI KCU Pontianak Thomas Hartono (kanan) menyerahkan Beasiswa simbolis kepada Rektor Untan Prof. Dr. Thamrin Usman, Jumat (21/12).

Pontianak, sebanyak 84 mahasiswa Universitas Tanjungpura (Untan) kembali berhak atas beasiswa yang diberikan oleh BNI Pontianak  senilai Rp 250 juta, dana ini menyusul dana kemarin Rp 150 juta untuk 60 mahasiswa. Jadi totalnya adalah Rp 400 juta untuk 144 mahasiswa. Dana beasiswa ini diberikan langsung oleh Pimpinan BNI KCU Pontianak Thomas Hartono Sapoetro kepada Rektor Untan, Prof. Dr. Thamrin Usman, DEA di ruangan Rektor Untan, Jumat (21/12) siang.
“Saya sampaikan terima kasih kepada pimpinan BNI 46 Kota Pontianak dan kepada kawan-kawan yang makin hari memberikan perhatian yang lebih besar terhadap mahasiswa dalam rangka memfasilitasi proses pembelajaran mereka,” ujar Thamrin Usman usai menerima simbolis dana beasiswa dari jajaran pemimpin BNI KCU Pontianak.
Dia mengatakan beasiswa ini tentunya diberikan kepada mahasiswa yang berlatar belakang akademik yang baik dan dari keluarga tidak mampu secara ekonomi.
Karena di Untan hampir 60 persen mahasiswanya dari keluarga kurang mampu makanya keberadaan beasiswa ini sangat ditunggu-tunggu oleh mahasiswa. Ini adalah bagian dari sekian banyak sumber beasiswa yang bersumber di Untan. “jelasnya
Dia mengharapkan beasiswa ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi mahasiswa serta efektif dan tepat sasaran bagi mahasiswa yang bersangkutan.
“karena kalau diberikan maka kita khawatir ada respons terbalik bukan tambah kencang dan bagus prestasinya. Makanya kita akan coba memformulakan dengan baik, karena masing-masing mahasiswa dengan masing-masing capaian yang kita inginkan tentu memerlukan kebutuhan yang berbeda.” Paparnya.
Ketua Comdev dan Outreaching Universitas Tanjungpura (Untan), Entin Daningsih, menambahkan beasiswa ini kali keduanya diperuntukkan bagi mahasiswa Reguler B Untan terutama bagimahasiswa yang berprestasi an berasal dari keluarga kurang mampu.
Pemimpin BNI KCU Pontianak Thomas Hartono Sapoetro menyebutkan bantuan dana beasiswa ini merupakan kepedulian pihaknya dalam dunia pendidikan dalam bentuk Corporate social responsibility (CSR). “Kita berikan pada Untan, karena memang banyak mahasiswa berprestasi dan
Dari keluarga yang tidak mampu juga,” ujarnya. Dia berharap dana senilai Rp 150 juta ditambah Rp 250 juta yang diperuntukkan bagi 144 mahasiswa ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh mahasiswa. Selain memberikan secara simbolis beasiswa, pihaknya juga memberikan hadiah kepada satu diantara 10 orang yang beruntung mendapatkan undian BNI Taplus Muda yaitu Garnis Nursha. (Hbb).

Rabu, 12 Desember 2012

CERITA SINGKAT FORBIMINAS


Pontianak, 12 Desember 2012
Nama lengkap saya adalah Ahirul Habib Padilah yang biasa dipanggil Habib
Saya dilahirkan disebuah Desa yang begitu terpencilnya, begitu jauhnya dari kehidupan kota, pada tanggal 12 Mei 1992. Jarak dari Desa saya ke Provinsi Kalimantan Barat (Pontianak) adalah 700 km. adapun Desa tersebut bernama Desa Nanga Sayan, Kecamatan Sayan, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Saya adalah seorang anak dukuh yang jauh dari hiruk pikuknya kehidupan kota, Ayah saya Mansurdin (73 tahun) hanya seorang petani karet yang 1 harinya dapat 3 kg, dan sudah 5 tahun hidup dalam kesendirian ditinggal oleh ibu saya (Alm. Ayang Halimah) yang meninggal pada tanggal 04 Mei 2007 dikarenakan penyakit Ginjal. Ayah saya sekarang sudah tidak mampu lagi bekerja, dikarenakan tuntutan umur yang mengharuskannya merelakan sisa hidupnya dirumah meratapi nasibnya dalam kesendirian.
kini saya menimba ilmu di Universitas Tanjungpura Pontianak, program studi Ilmu Politik, angkatan 2010 (semester 5) dengan IP 4, IPK 3.73.
saya merupakan seorang anak dukuh, yang memiliki semangat untuk maju. Maju dalam hal pendidikan. Namun saya sadar, semangat saya ini tidak ada artinya, karena ekonomi keluarga yang jauh dikatakan cukup. Apalagi semenjak ditinggal orang yang menjadi panutan dan pembimbing hidup saya selain ayah, kehidupan kami sekeluarga serasa kembali ke titik awal kehidupan dan harus mulai dari NOL lagi. Pasca ditinggal seorang ibu, waktu itu saya akan menghadapi UAS, kakak saya harus tinggal tempat orang demi tuntutan ekonomi keluarga. Saya tinggal sama ayah saya, saya sempat bingung pertamanya, mau sekolah atau kerja, karena kalau saya sekolah siapa yang akan mencari makan sehari-hari saya dan ayah saya.  Akhirnya saya tetap ingin sekolah dan saya memilih sekolah di SMA Citra Nasa yang masuk siang, paginya saya gunakan untuk menoreh getah karet, 2 tahun saya jalani kehidupan seperti itu, pagi noreh dan siang-sore sekolah dengan jarak dari rumah ke-sekolah 4 km saya tempuh dengan jalan kaki. Tahun ketiga disekolah tersebut, mengalami perubahan bahwa sekolah tersebut menjadi SMAN 1 Sayan dan akan masuk pagi, tentu saja ini menjadi kabar gembira bagi siswa-siswa lain, namun lain hal-nya dengan saya, serasa ada petir disiang bolong saya mendengar kabar tersebut, berbagai pertanyaan-pertanyaan muncul dikepala saya, siapa yang akan membiayai sekolah saya, saya sambil noreh saja, sering kesusahan biaya hidupnya, apalagi tidak noreh?, siapa yang mau peduli dengan anak dukuh seperti saya?, anak terpencil, miskin serta tak punya apa-apa?. Saya berpikir keras ketika itu, akhirnya untuk makan sehari-hari, saya memilih pulang sekolah jam 13.30, saya noreh getah. Itu saya lakukan sampai saya selesai SMA. Dan alhamdulilah, walau dikelas saya yang jumlahnya 19 orang rata-rata anak pegawai dan orang tuanya berpenghasilan tetap, masalah prestasi saya tidak kalah dari mereka, bahkan saya bisa dikatakan selalu unggul dari mereka. Padahal mereka pergi sekolah pakai motor, istirahat makan dikantin, sedangkan saya jalan kaki, istirahat lebih memilih baca buku pelajaran dikelas, bukan karena tidak mau gabung dengan kawan-kawan dikantin, tapi karena saya memang tidak punya uang jajan.
Selesai SMA kebingungan kembali menghampiri saya si anak dukuh ini, bingung bukan karena memilih universitas, kota mana yang menjadi tujuan menuntut ilmu dan jurusan apa yang akan saya ambil, melainkan karena saya memiliki panggilan hati kecil saya untuk tetap melanjutkan ke Perguruan Tinggi, namun saya sadar untuk sekolah saya sampai menamatkan SMA saja sudah banting tulang habis-habisan, apalagi sampai kuliah yang biayanya sampai jutaan, uang 1 juta saja saya belum pernah lihat waku itu apalagi megangnya.
Alhamdulilah, Allah selalu membukakan jalan bagi hambanya yang memiliki niat suci, niat untuk berubah ke arah yang lebih baik, dengan adanya beasiswa Bidikmisi ini saya bisa menggapai mimpi saya yaitu duduk dibangku kuliah yang saya pikir sangat mustahil untuk kuliah, tapi buktinya sekarang saya benar-benar terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama di Kalimantan Barat dan lebih membanggakan lagi saya kuliah tanpa biaya sepeserpun, bahkan per bulannya di berikan uang sebagai biaya hidup selama kuliah. Betapa bahagianya ayah saya mendengar saya bisa kuliah dengan beasiswa ini, sujud syukur beberapa kali dia lakukan serta tetesan air mata bahagianya terus mengalir sambil memeluk saya. Dan perlu diketahui dengan dibukanya beasiswa Bidikmisi ini secara tidak langsung memotivasi dan menumbuhkan semangat ingin kuliah bagi para siswa di SMA maupun yang masih SMP, untuk belajar lebih giat lagi guna mencapai nilai yang paling baik agar bisa masuk Beasiswa Bidimisi ini. Bagi saya dunia pendidikan baru dibuka, Selamat datang para pemimpin dunia dari Dukuh.
Setelah 2 tahun saya kuliah dan sekarang sudah masuk tahun ketiga, saya mendapatkan sebuah undangan untuk menghadiri acara Forum Bidimisi Nasional di Jakarta. Langsung terlintas dalam benak saya bagaimana rasanya naik pesawat?, seperti apa ya Jakarta yang merupakan iukota Negara Indonesia, tempat tinggal Presiden, para menteri dan para orang-orang hebat?. Pertanyaan itu terjawab semuanya pada tanggal 5-8 Desember 2012, saya benar-benar naik pesawat yang merupakan mimpi saya sejak Sekolah Dasar dulu dan bertemu dengan tokoh-tokoh besar seperti bapak Mendikbud yang membuat saya selalu rindu, Pak Chairul Tanjung yang memiliki latar belakang kehidupan yang hampir sama dengan para mahasiswa penerima Bidikmisi, masuk TV yang merupakan mimpi banyak orang, pergi ke Taman Impian Ancol yang merupakan pengalaman pertama yang tidak akan pernah saya lupakan sepanjang hidup saya, bahkan akan saya ceritakan kepada anak cucu saya nantinya. Siapa yang menyangka saya seorang anak petani karet yang hanya berpenghasilan 3 kg 1 hari, anak dukuh jauh dari hiruk pikuknya kehidupan kota, miskin, bisa merasakan semua itu dengan Gratis. Padahal saya pikir, mendapatkan beasiswa ini saja sudah syukur alhamdulilah, rupanya Allah punya rencana yang lebih besar lagi buat saya dan mahasiswa/i Bidikmisi lainnya.
Akhir kata saya ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada bapak Mendikbud (Moch. Nuh) yang telah mengubah mimpi saya menjadi kenyataan. Dan saya sangat terinspirasi dengan kata-kata bapak yaitu “membeli masa depan dengan harga sekarang”. Banyak salam dari teman-teman serta masyarakat kelas bawah lainnya pak, untuk bapak tercinta. Saya sangat mengidolakan bapak, kalau ada waktu, bapak datang ke Pontianak, biar saya siapkan jeruk manis khas Pontianak dan oleh-oleh lainnya pak. Terima kasih.

BIDIKMISI “Menggapai Asa, Memutus Mata Rantai Kemiskinan”
BIDIKMISI “Lulus Cepat, IPK Mantap, Kerjaan Dapat”

PENYEBAB GOLPUT KALIMANTAN BARAT PADA PILGUB 2012


ABSTRACT
Partisipasi Politik, Golput dan Pilgub Kalbar 2012
Tulisan ini ingin mengungkapkan isi arikel “Partisipasi Politik, Golput & Pilgub Kalbar 2012” oleh Syarif Ibrahim Alqadrie yang diterbitkan oleh Pontianak post, edisi Kamis 20 September 2012. Yang berusaha diungkapkan dalam artikel ini adalah apabila partisipasi politik meningkat, maka akan mengurangi Golput. Di artikel ini juga diungkapkan apabila pemilih pemula memilih atau menyumbangkan suaranya semua, maka ini akan menutup kebolongan suara oleh karena golput periode lalu. Menurut Alqadrie ada tiga hal penting yang harus terus dilakukan untuk mengurangi jumlah golput dan sekaligus meningkatkan partisipasi politik dimasyarakat. Yaitu yang pertama, sosialisasi atau pendidikan politik dilaksanakan secara terus menerus. Kedua, peningkatan norma, moral dan etika para pemimpin. Ketiga, pemimpin yang terpilih adalah wakil dari semua elemen masyarakat, baik masyarakat kelas rendah, menengah dan atas. Dan yang lebih penting adalah pemimpin merupakan symbol dari semua suku dan ras dari masyarakat yang dia pimpin.

Kata Kunci : Partisipasi Politik dan Golput





REVIEW
Partisipasi Politik, Golput dan Pilgub Kalbar 2012
Syarif Ibrahim Alqadrie dalam artikelnya “Partisipasi Politik, Golput dan Pilgub Kalbar 2012”, halaman 7, yang diterbitkan oleh Pontianak Post edisi Kamis 20 September 2012 di Pontianak. Ingin mengungkapkan tentang bagaimana cara mengurangi golput, yang menurut sebagian ahli golput pada pemilihan Gubernur 2012 ini akan semakin meningkat dibandingkan tahun 2007. Namun Alqadrie sendiri mengungkapkan bahwa pilgub kali ini jumlah Golput justru berkurang. Hal ini bukan tanpa alasan, Alqadrie mengatakan berkurang karena apabila kita bandingkan dengan meningkatnya atau bertambahnya pemilih pemula. Apabila pemilih pemua ini memilih semua, saya rasa  betul apa yang dikatakan Prof. Syarif.
Menurut Alqadrie ada tiga hal penting yang harus terus dilakukan untuk mengurangi jumlah golput dan sekaligus meningkatkan partisipasi politik dimasyarakat. Yaitu yang pertama, sosialisasi atau pendidikan politik dilaksanakan secara terus menerus. Kedua, peningkatan norma, moral dan etika para pemimpin. Ketiga, pemimpin yang terpilih adalah wakil dari semua elemen masyarakat, baik masyarakat kelas rendah, menengah dan atas. Dan yang lebih penting adalah pemimpin merupakan symbol dari semua suku dan ras dari masyarakat yang dia pimpin.
dan menurut Alqadrie dikalbar menurut sejumlah pengamat, walau masyarakat Kalbar merupakan pemilih yang cerdas, namun mereka masih dipengaruhi atau dibayang-bayangi  oleh prtimbangan etnosentrisme, agama dan asl-usul keturunan. Ini beartipenduduk beragama tertentu dan berasal dari daerah tertentu, akan cenderung memilih pemimpin yang memiliki latar belakang yang sama dengan mereka.

TANGGAPAN
Partisipasi Politik, Golput dan Pilgub Kalbar 2012
Tanggapan saya terhadap artikel Prof. Dr. Syarif Ibrahim Alqadrie tentang  “Partisipasi Politik, Golput dan Pilgub Kalbar 2012”, halaman 7, yang diterbitkan oleh Pontianak Post edisi Kamis 20 September 2012 di Pontianak. Artikel ini dapat membuka wawasan kita agar dapat erpikir lebih luas lagi. Kita selama ini berpikir bahwa golput itu selalu mengarah ke negative. Namun setelah kita simak dari isi artikel ini, kita dapat menyimpulkan bahwa, golput itu dilakukan masyarakat bukan tanpa alasan.
Dan perlu kita ketahui bahwa masyarakat memilih folput, bukan semata salah masyarakat. Bila kita tinjau dari pendekatan sosiologi, maka saya katakana wajar masyarakat lebih memilih Golput, karena pemimpin yang lalu tidak memuaskan atau menguntungkan mereka, atau bahkan para calon kepala daerah yang diusung berbagai partai politik semuanya tidak ada yang sesuai dengan hati nuranu mereka. Ketika hal ini melanda mereka, maka memang lebih baik mereka pergi ke sawah, mencangkul sawah, dari pada datang ke TPS, atau bahkan lebih baik ke laut menangkap ikan dari pada datang ke TPS. Hal ini terjadi maka pandangan masyarakat terhadap sistem kepemimpinan adalah, ada atau tidaknya pemimpin bagi mereka tetap sama saja.